Wednesday, May 20, 2009

Budidaya sengon

.
0 comments

Sengon dalam bahasa latin disebut Albazia Falcataria, termasuk famili Mimosaceae, keluarga petai – petaian. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah seperti berikut :
Jawa :jeunjing, jeunjing laut (sunda), kalbi, sengon landi, sengon laut, atau sengon sabrang (jawa).
Maluku : seja (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore)
Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tanaman sengon adalah kayunya. Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30–45 meter dengan diameter batang sekitar 70 – 80 cm. Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV - V.
Kayu sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, peti kas, perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas dan lain-lainnya.
Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung dengan rimbun daun yang tidak terlalu lebat. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Warna daun sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen dan karbon dioksida dari udara bebas.
Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur.
Dengan sifat-sifat kelebihan yang dimiliki sengon, maka banyak pohon sengon ditanam ditepi kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu kebijakan pemerintah melalui DEPHUTBUN untuk menggalakan ‘Sengonisasi’ di sekitar daerah aliran sungai (DAS) di Jawa, Bali dan Sumatra.
Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5 – 1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan yang dibantu oleh angin atau serangga.
Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, dan panjangnya sekitar 6 – 12 cm. Setiap polong buah berisi 15 – 30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil dan jika sudah tua biji akan berwarna coklat kehitaman,agak keras, dan berlilin.

Habitat Sengon

Tanah
Tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7.

Iklim
Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 – 800 m dpl. Walapun demikian tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 ° – 27 °C.

Curah Hujan
Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman, pertumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 – 4000 mm.

Kelembaban
Kelembaban juga mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap kelembaban tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon membutuhkan kelembaban sekitar 50%-75%.
Keragaman Penggunaan dan Manfaat Kayu sengon
Pohon sengon merupakan pohon yang serba guna. Dari mulai daun hingga perakarannya dapat dimanfaatkan untuk beragam keperluan.

Daun
Daun Sengon, sebagaimana famili Mimosaceae lainnya merupakan pakan ternak yang sangat baik dan mengandung protein tinggi. Jenis ternak seperti sapi, kerbau, dfan kambingmenyukai daun sengon tersebut.

Perakaran
Sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas tanah dan openyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Dengan demikian pohon sengon dapat membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur. Selanjutnya tanah ini dapat ditanami dengan tanaman palawija sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani penggarapnya.

Kayu
Bagian yang memberikan manfaat yang paling besar dari pohon sengon adalah batang kayunya. Dengan harga yang cukup menggiurkan saat ini sengon banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam kontruksi, industri korek api, pensil, papan partikel, bahan baku industri pulp kertas dll.

Pembibitan Sengon

a) Benih
Pada umumnya tanaman sengon diperbanyak dengan bijinya. Biji sengon yang dijadikan benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit. Ciri-ciri penampakan benih sengon yang baik sebagai berikut :
Kulit bersih berwarna coklat tua
Ukuran benih maksimum
Tenggelam dalam air ketika benih direndam, dan
Bentuk benih masih utuh.
Selain penampakan visual tersebut, juga perlu diperhatikan daya tumbuh dan daya hidupnya, dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan makanannya dengan mengupas benih tersebut. Jika lembaganya masih utuh dan cukup besar, maka daya tumbuhnya tinggi.

b) Kebutuhan Benih
Jumlah benih sengon yang dibutuhkan untuk luas lahan yang hendak ditanami dapat dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan sederhana berikut :
Keterangan :
Luas kebun penanaman sengon 1 hektar (panjang= 100 m dan lebar= 100 m)
Jarak tanam 3 x 2 meter
Satu lubang satu benih sengon
Satu kilogram benih berisi 40.000 butir
Daya tumbuh 60 %
Tingkat kematian selama di persemaian 15 %
Dengan demikian jumlah benih = 100 / 3 x 100/2 x 1 = 1.667 butir. Namun dengan memperhitungkan daya tumbuh dan tingkat kematiannnya, maka secara matematis dibutuhkan 3.705 butir. Sedangkan operasionalnya, untuk kebun seluas satu hektar dengan jarak tanam 3 x 2 meter dibutuhkan benih sengon kira-kira 92,62 gram, atau dibulatkan menjadi 100 gram.

c) Perlakuan benih
Sehubungan dengan biji sengon memiliki kulit yang liat dan tebal serta segera berkecambah apabila dalam keadaan lembab, maka sebelum benih disemaikan , sebaiknya dilakukan treatment guna membangun perkecambahan benih tersebut, yaitu : Benih direndam dalam air panas mendidih (80 C) selama 15 – 30 menit. Setelah itu, benih direndam kembali dalam air dingin sekitar 24 jam, lalu ditiriskan. untuk selanjutnya benih siap untuk disemaikan.

d) Pemilihan Lokasi Persemaian
Keberhasilan persemaian benih sengon ditentukan oleh ketepatan dalam pemilihan tempat. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa persyaratan memilih tempat persemaian sebagai berikut :
Lokasi persemaian dipilih tempat yang datar atau dengan derajat kemiringan maksimum 5 %
Diupayakan memilih lokasi yang memiliki sumber air yang mudah diperoleh sepanjang musim ( dekat dengan mata air, dekat sungai atau dekat persawahan).
Kondisi tanahnya gembur dan subur, tidak berbatu/kerikil, tidak mengandunh tanah liat.
Berdekatan dengan kebun penanaman dan jalan angkutan, guna menghindari kerusakan bibit pada waktu pengangkutan.

Untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah besar perlu dibangun persemaian yang didukung dengan sarana dan prasarana pendukung yang memadai, antara lain bangunan persemaian, sarana dan prasarana pendukung, sarana produksi tanaman dll. Selain itu ditunjang dengan ilmu pengetahuan yang cukup diandalkan.

readmore »»

Tuesday, April 7, 2009

I Gede Merta: Presenting unique adenium in art

.
0 comments

Tri Vivi Suryani- Inanimate materials are the usual media used by artists to portray their ideas, but fine artist I Gede Merta chooses living organisms for his artistic expressions and for that he has made a name for himself among Indonesia's fine art enthusiasts.

Merta is highly skilled in transforming a unique tropical plant, adenium, into art pieces of high value. In his hand the desert-rose species is sculpted into works of creation.

It was impressive to see the modest and hospitable artist at work at Paras Bali. His nursery is located in the Hayam Wuruk area, Denpasar, where his art pieces are also on display.

Born in Karangasem, eastern Bali, Merta recalled the first time he had seen adenium, locally known as kamboja jepang, at an exhibition in Situbondo, East Java, in 2006.

Out of amazement and affection for its stem's exotic shapes, Pakde, as this painter, woodcarver and sculptor is commonly called, began to entertain his desire to use this plant as an artistic medium. For this purpose, the sturdy man set off to all parts of Bali to hunt for adenium and to gather its unique trunks. His efforts have been rewarded, as he has a wide range of phenomenal pieces in human, animal and other forms.

The 42-year-old uses the subspecies adenium obesum for his creations because of its bigger, swollen trunk sizes and abundant supply. The plant stems must be healthy and have the necessary elements for them to be crafted into the desired figures. For example, if the image of a man is to be created, the base of the chosen desert-rose should be complete with its body, head, arm and leg forms.

Pakde categorized adenium into several classes. The first group has bulging stems that offer a lifelike character for artistic expression. The second is incomplete in anatomical structure, giving the impression of an object, such as a monkey figure with only one arm. The third is anatomically beyond representation.

"The difficulty in processing adenium stems into objects of art involves not only the cutting but also the sorting of trunks to find the shapes required. Once I sorted over 300 desert-rose trunks and none of them met the criteria for human images," Padke said, who is also a law graduate of Saraswati University, Denpasar.

It takes quite some time to turn unique adenium stems into exquisite figures. The problem is that after cutting, sufficient time must be allowed for the plant's recovery. A hasty process bears the risk of the plant rotting, which Pakde experienced when he was crafting a lizard. As the time he allowed between the first cutting and the next was too short, his adenium died. In fact, he had already spent seven months on what he calls the plant's training period.

As a natural artist, Pakde is highly talented, creating valuable works of art. However, while before he only used inanimate materials such as wood, canvas or stone to portray his ideas, he is now dealing with a living medium and like other beings, it involves some emotional handling.

To prevent shaped adenium stems from decaying, Pakde grows desert-roses in a blend of goat dung, volcanic sand, burnt straw and garden soil in equal proportions, with their first watering only after three days of its planting. As of today he has turned out more than 200 adenium creations in intriguing forms, including humans, animals, legendary figures and other images.

At present there are about 90 pieces in his collection and he hopes to one day hold a solo exhibition.

Meanwhile, Pakde also travels as far as Banyuwangi, East Java, and Surakarta, Central Java, in his search for adenium bases. While most people are seeking plants with well-formed stems, he sees weird and even flawed ones as his best sources of inspiration. In addition, adeniums with unattractive stems are less expensive to buy, ranging in price from Rp 100,000 (US$11) to Rp 500,000.

With some cigarettes and a cup of coffee, Pakde spends quiet nights letting loose his imagination. It doesn't take long for him to transform the bulging trunks into diverse figures. People regard his craftsmanship as superb in being able to treat objects with accuracy, thus making them look animate. A lion image, for instance, appears to be ferocious rather than merely decorative.

Those interested in following in his footsteps are welcome to come to Pakde's Paras Bali nursery for training. At present, 15 people are developing their artistic skills, learning how to shape adenium stems into their own creations.

"I want to impart my knowledge and skills. By mastering the techniques needed to create unique adenium pieces, they are able to produce objects of different designs. Everybody has an individual sense of art, which makes the difference."

by:jakartapost

readmore »»

Adenium obesum

Adenium is a genus of flowering plants in the family Apocynaceae, containing a single species, Adenium obesum, also known as Sabi Star, Kudu or Desert-rose. It is native to tropical and subtropical eastern and southern Africa and Arabia. It is an evergreen succulent shrub in tropical climates and semi-deciduous to deciduous in colder climates, is also dependent on the subspecies or cultivar. Growing to 1-3 m in height, with pachycaul stems and a stout, swollen basal caudex. The leaves are spirally arranged, clustered toward the tips of the shoots, simple entire, leathery in texture, 5-15 cm long and 1-8 cm broad. The flowers are tubular, 2-5 cm long, with the outer portion 4-6 cm diameter with five petals, resembling those of other related genera such as Plumeria and Nerium. The flowers tend to red and pink, often with a whitish blush outward of the throat.

by:wiki

readmore »»

Piper crocatum

Foreword red plant (Piper crocatum) ornamental plants not only normal, but this plant is effective to cure the disease Diabetes mellitus and tumor.

In addition to DM and tumor red betel also be nutritious cure various diseases such as coronary heart disease, acid strand, hypertension, organ inflammation (tuberculosis, kidney, heart, and digestion), and the wounds that are difficult to recover.

A myriad of red betel savor it caused a number of the active compound in the uterus is, among other flavonoid, alkoloid, polevenolad, tanin, and oil asiri. Flavonoid compound and polevenolad are antioxidants, antidiabetik, antikanker, antiseptic, and anti-inflamasi. While the compound alkoloid nature antineoplastik who have also hindered the effective growth of cancer cells.

Red betel plant (Piper crocatum) included in the family Piperaceae, growing vine with heart-like leaf shape and learn a handle, which criss-cross growth of stem and leaf penampakan the red silvery and shiny.
Foreword red can be used in a way poach 1 - 3 pieces of fresh leaves in 2 glasses of water. Boiled leaves to the glass one. This stew of water and drink three divided 3 times daily before meals.
Praklinis test results in mice with extracts of red betel doses up to 20 g / kg body weight, safe and not be consumed toksik.

Foreword is not difficult in a culture. Even in the pot can also mushrooming. He does not like the heat and excessive water.
Media planting is simple, ie, a mixture of compost and soil with the comparison 1: 1. Plant disiram once a day, while to avoid the heat is too extreme or excessive rain water splash, pot can be moved to a safe place. Red betel may be through cangkok. Medium, compost leaves bamboo wrapped plastic cornea. Media cangkok spray once a day, within 2-4 weeks, red betel Anakan be separated from the mother plant.

readmore »»

Tuesday, February 24, 2009

Adenium Grafting

.
0 comments

readmore »»
 

My Blog List

Followers

Bookmarks

Bookmark and Share
Personal Blogs - BlogCatalog Blog Directory Blog Ratings DigNow.org free counters