Permintaan bunga hias di pasar dunia cenderung meningkat setiap tahunnya. Meskipun saat ini negara produsen sekaligus pengekspor bunga hias masih didominasi oleh Belanda yang terkenal dengan bunga tulipnya, pengembangan agribisnis tanaman bunga hias sudah tersebar ke berbagai negera di belahan dunia ini seperti Thailand, Singapura, India dan tentunya Indonesia. Seperti halnya negara-negara produsen bunga lainnya, Indonesia juga berpeluang besar dalam mengembangkan agribisnis subsketor tanaman hias baik untuk memenuhi permintaan dalam maupun luar negeri. Hal ini ditunjang dengan adanya kenyataan bahwa penggunaan bunga potong untuk berbagai keperluan dalam negeri mencapai 10,5 milyar per tahun. Bahkan, di masa mendatang diramalkan pertumbuhan tingkat permintaan bunga potong di Indonesia akan meningkat 10 % setiap tahunnya. Daya serap dan permintaan bunga potong paling potensial adalah masyarakat di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya , Malang Denpasar dan Medan.
Di dalam pengembangan komoditi tanaman anggrek, terdapat kendala-kendala yang menghambat keberhasilan secara umum, antara lain : (1) ketersediaan teknologi yang diterima dan dilaksanakan oleh produsen terutama produsen kecil sangat terbatas. Untuk mendapatkan produk yang berkualitas harus terpenuhi teknologinya, yaitu mulai dari teknik budidaya seperti penggunaan benih yang sehat, penanaman, pemeliharaan, penanganan OPT sampai pasca panen. (2) Keterbatasan informasi pasar dan belum adanya kepastian harga (harga selalu berfluktuasi) terkadang meng-hambat perkem-bangan produksi dan luas areal. (3) Kurangnya modal yang tersedia serta perlu adanya pembinaan untuk lebih meningkatkan produksi sesuai dengan standar kualitas yang diinginkan pasar.
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menjamin suplai komoditi tanaman anggrek maka perlu dikembangkan sistem budidaya yang sehat sesuai agro ekosistem.
0 comments
Post a Comment